Dalam rangka meningkatkan minat wisata di Indonesia, saya ingin memperkenalkan salah satu objek wisata yaitu “Goa Pindul” terletak di dusun gelaran desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo. kabupaten Gunungkidul, Jogjakarta.
Goa Pindul merupakan wisata cave tubbing yang baru dibuka pada awal tahun 2011. Dengan panjang lokasi sekitar 300 meter dibagi dalam 3 zona yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi. Mengunjungi obyek lokasi ini disarankan pada musim kemarau agar lebih aman dan menyenangkan , karena pada musim hujan air sungai deras dan kadang terjadi banjir didalam goa, sehingga kita harus menunggu air sungai bawah tanah kembali surut. Air pada musim penghujan ini warnanya kecoklatan karena erosi tanah, sedangkan pada musim kemarau airnya tenang, berwarna hijau khas lumut yang ada didasar sungai.
Pada awal September tahun 2012, saya dan beberapa teman mahasiswa berkunjung ke Lokasi “Wisata Goa Pindul”. Jalan menuju lokasi tidaklah mulus, banyak terdapat lubang, sehingga kami kurang nyaman dalam berkendara. Sesampai didesa Bejiharjo, kami menuju sekretariat mendaftar untuk tujuan paket ”Wisata Goa Pindul”. Setelah menyelesaikan Administrasi, rombongan kami yang terdiri dari 6 orang ditambah 2 orang pemandu, melakukan persiapan yaitu memakai baju pelampung dilengkapi dengan ban, lampu senter dan sepatu karet, berjalan menuju lokasi yang berjarak 500 meter dari sekretariat atau pos awal. Sesampai ditempat kami melakukan sedikit gerakan pemanasan. Kemudian masing-masing peserta dibantu menggunakan ban karet ketika memasuki aliran sungai, kami dipersilakan menceburkan diri pada aliran sungai sambil diberi aba-aba oleh pemandu. Bagi peserta yang tidak dapat berenang, ban karetnya didorong oleh pemandu yang posisisnya berada paling belakang.
Memasuki mulut goa cukup menegangkan suasana semakin gelap sehingga pandangan mata terbatas. Dengan bantuan lampu senter dan penjelasan dari pemandu, kami dapat menikmati pemandangan stalaktik serta bagian – bagian yang terdapat didalam gua. Disebelah kanan kami dulu pernah digunakan untuk tempat pertapaan. Pada tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa arca, disebuah lekukan disisi kiri juga pernah digunakan untuk tempat bersemedi seorang penganut Budha.
Perjalanan dilanjutkan melewati beberapa stalaktit yang banyak dihuni oleh kelelawar. Kemudian kami menelusuri bagian dinding goa yang indah, dimana pada salah satu bagiannya terdapat tetesan air yang dinamakan tetesan air mutiara. Disebelah tempat menetesnya air mutiara itu ada sebuah lubang tempat kelelawar tinggal yang disebut goa lawa. Air mutiara merupakan air yang berwarma seperti mutiara, keluar menetes dari dinding stalaktit diperkirakan telah berusia lima puluh tahun, konon berkhasiat untuk awet muda
Sepanjang perjalanan, kami melewati lorong-lorong, berjumpa stalaktit-stalaktit yang cukup panjang dan besar. kami melewati beberapa tebing tebing bebatuan yang bediri dari ujung stalaktit hingga masuk kesungai bawah tanah dan menutupi sebagian rongga Goa Pindul. Kami harus melewatinya bergantian satu persatu. Menurut penjelasan pemandu, stalaktit tersebut adalah peringkat 4 dunia. Perjalanan kedalam semakin pekat namun berangsur-angsur terlihat cahaya diujung ketika kami melewati sebuah belokan, akhirnya sampailah kami pada zona terakhir Goa Pindul yang disebut area Goa Vertikal (Luweng). Terlepas dari suasana tadi, disini kami memuaskan diri dengan berenang, melompat dari atas tebing menggunakan jaket pelampung. Kedalaman air kurang lebih 15 meter sehingga cukup aman untuk melompat dan tidak terantuk batu. Dari luweng ini kita bisa mengabadikan cahaya matahari yang masuk kedalam lobang goa, membentuk pemandangan yang indah. setelah melepaskan lelah dan bermain main diair yang sejuk ini.
Kemudian kami menyusuri pintu keluar goa yang tidak jauh dari dari luweng, kami semua menepi dan naik keatas tebing yang telah dipasangi tali. Sambil membawa semua peralatan tadi kami berjalan kaki kembali ketempat pos awal atau sekretariat.
Sumber tulisan Lomba UG
-------------------------------------------
Muhammad Fikri
14110698
Goa Pindul merupakan wisata cave tubbing yang baru dibuka pada awal tahun 2011. Dengan panjang lokasi sekitar 300 meter dibagi dalam 3 zona yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi. Mengunjungi obyek lokasi ini disarankan pada musim kemarau agar lebih aman dan menyenangkan , karena pada musim hujan air sungai deras dan kadang terjadi banjir didalam goa, sehingga kita harus menunggu air sungai bawah tanah kembali surut. Air pada musim penghujan ini warnanya kecoklatan karena erosi tanah, sedangkan pada musim kemarau airnya tenang, berwarna hijau khas lumut yang ada didasar sungai.
Pada awal September tahun 2012, saya dan beberapa teman mahasiswa berkunjung ke Lokasi “Wisata Goa Pindul”. Jalan menuju lokasi tidaklah mulus, banyak terdapat lubang, sehingga kami kurang nyaman dalam berkendara. Sesampai didesa Bejiharjo, kami menuju sekretariat mendaftar untuk tujuan paket ”Wisata Goa Pindul”. Setelah menyelesaikan Administrasi, rombongan kami yang terdiri dari 6 orang ditambah 2 orang pemandu, melakukan persiapan yaitu memakai baju pelampung dilengkapi dengan ban, lampu senter dan sepatu karet, berjalan menuju lokasi yang berjarak 500 meter dari sekretariat atau pos awal. Sesampai ditempat kami melakukan sedikit gerakan pemanasan. Kemudian masing-masing peserta dibantu menggunakan ban karet ketika memasuki aliran sungai, kami dipersilakan menceburkan diri pada aliran sungai sambil diberi aba-aba oleh pemandu. Bagi peserta yang tidak dapat berenang, ban karetnya didorong oleh pemandu yang posisisnya berada paling belakang.
Memasuki mulut goa cukup menegangkan suasana semakin gelap sehingga pandangan mata terbatas. Dengan bantuan lampu senter dan penjelasan dari pemandu, kami dapat menikmati pemandangan stalaktik serta bagian – bagian yang terdapat didalam gua. Disebelah kanan kami dulu pernah digunakan untuk tempat pertapaan. Pada tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa arca, disebuah lekukan disisi kiri juga pernah digunakan untuk tempat bersemedi seorang penganut Budha.
Perjalanan dilanjutkan melewati beberapa stalaktit yang banyak dihuni oleh kelelawar. Kemudian kami menelusuri bagian dinding goa yang indah, dimana pada salah satu bagiannya terdapat tetesan air yang dinamakan tetesan air mutiara. Disebelah tempat menetesnya air mutiara itu ada sebuah lubang tempat kelelawar tinggal yang disebut goa lawa. Air mutiara merupakan air yang berwarma seperti mutiara, keluar menetes dari dinding stalaktit diperkirakan telah berusia lima puluh tahun, konon berkhasiat untuk awet muda
Sepanjang perjalanan, kami melewati lorong-lorong, berjumpa stalaktit-stalaktit yang cukup panjang dan besar. kami melewati beberapa tebing tebing bebatuan yang bediri dari ujung stalaktit hingga masuk kesungai bawah tanah dan menutupi sebagian rongga Goa Pindul. Kami harus melewatinya bergantian satu persatu. Menurut penjelasan pemandu, stalaktit tersebut adalah peringkat 4 dunia. Perjalanan kedalam semakin pekat namun berangsur-angsur terlihat cahaya diujung ketika kami melewati sebuah belokan, akhirnya sampailah kami pada zona terakhir Goa Pindul yang disebut area Goa Vertikal (Luweng). Terlepas dari suasana tadi, disini kami memuaskan diri dengan berenang, melompat dari atas tebing menggunakan jaket pelampung. Kedalaman air kurang lebih 15 meter sehingga cukup aman untuk melompat dan tidak terantuk batu. Dari luweng ini kita bisa mengabadikan cahaya matahari yang masuk kedalam lobang goa, membentuk pemandangan yang indah. setelah melepaskan lelah dan bermain main diair yang sejuk ini.
Kemudian kami menyusuri pintu keluar goa yang tidak jauh dari dari luweng, kami semua menepi dan naik keatas tebing yang telah dipasangi tali. Sambil membawa semua peralatan tadi kami berjalan kaki kembali ketempat pos awal atau sekretariat.
Sumber tulisan Lomba UG
-------------------------------------------
Muhammad Fikri
14110698
Komentar
Posting Komentar